
Dampak Anak Dipaksa Belajar – Mungkin sebagian besar orang tua terus menerus memaksa anaknya untuk belajar tanpa mereka pikir akan memberikan dampak negatif jika hal tersebut dibiasakan. Jika anak sedang tidak ingin belajar, jangan paksa anak Anda untuk duduk di meja belajarnya, orang tua biasanya memaksa anak untuk belajar dan juga memaksa untuk membuka buku dan membacanya pada pelajaran. Mungkin anak menuruti perkataan ayah ibunya, namun hal itu tidak berdampak pada anak . Saat anak dipaksa, otaknya akan tegang dan pelajarannya tidak terserap dalam otak. Anak yang rajin belajar memang bagus, namun itu juga bisa membuat anak akan lebih mudah stres dan depresi.
Dampak Apabila Anak Dipaksa Belajar Terus Menerus
Nah ada cara paling jitu untuk mengatasi dan membuat anak lebih efektif belajar yaitu dengan cara bermain. Untuk anak yang masih duduk di sekolah TK sampai kelas 3 SD, belajar dengan bermain bisa lebih menjadi seru dan mudah diterima oleh anak. Dunia anak dipenuhi dengan bermain, oleh karena itu cara belajar yang paling nyaman yaitu dengan cara belajar sambil bermain. Pada saat anak mulai bermain dan merasa senang, tubuh anak akan memproduksi hormon dopamine dan serotonin yang secara tidak langsung meningkatkan minat untuk belajar.
Dengan bermain, anak merasa lebih senang, perhatian dengan apa yang sedang dipelajari anak serta terlibat oleh aktivitas belajarnya”, Macam-macam permainan anak-anak juga bermacam, contohnya memanfaatkan pembuatan slime, dan juga bermain plastisin dan masih banyak lagi. Selain diskusi dengan anak, ayah dan ibu bisa juga memanfaatkan gadget untuk mencari permainan yang menarik, jadi gadget juga bisa berdampak positif bagi kecerdasan anak, dan juga bisa membantu anak untuk membantunya belajar menjelang ujian.
Jadi mohon haknya anak untuk belajar sesuai dengan tahapan masing-masing, dan juga tahapan perkembangan jiwanya dihargai. Tidak ada kata pemaksaan, jadi jangan sampai juga dipamerkan hanya karena anak sudah bisa ini dan itu. Ini bukan demi anak tetapi kadang demi kebanggaan orang tua tersendiri. Orang tua bisa bahagia melihat putra putri mereka yang terlihat senang dan ceria. Jadi jangan sampai ada kekerasan atas nama pendidikan karena itu justru akan membuat hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Perlu diperhatikan juga buat para orang tua bahwa hubungan yang tidak sehat atau disebut Toxic relationship ini tidak hanya terjadi pada teman dan lingkungan sekitar, akan tetapi bisa juga terjadi pada orang tua dan juga anak. Dalam dunia psikologi, pada orang tua yang menjalin hubungan tidak sehat dengan anaknya itu disebut dengan Toxic Parents. Tanda pola asuh toxic parents biasanya selalu mengedepankan keinginannya dan juga mengatur anak agar berperilaku seperti keinginan ibunya, namun lupa memikirkan dan lupa menghargai perasaan atau pendapat anak, dan juga tidak memandang anak sebagai seorang yang memiliki hak atas kehidupannya sendiri.
Toxic Parents biasanya memakai alasan “kami tahu apa yang terbaik untukmu” para toxic parents juga tidak sadar bahwa yang mereka lakukan itu salah, selain toxic parents juga jarang mengucapkan terima kasih kepada anak dan tidak menghargai perbuatan anaknya.
Ciri-ciri Toxic Parents antara lain sebagai berikut ;
1. Tidak bisa mengontrol emosi ibu dan lebih mudah marah pada anak
Toxic parents ini mudah marah dan meluapkan emosinya kepada anak. Orang tua dengan tipe ini cenderung melebih -lebihkankan setiap masalah yang ada, meskipun sebenarnya itu adalah masalah sepele. Toxic parents ini juga bisa sampai segan akan memarahi atau bahkan sampai mencaci-maki di depan banyak orang.
2. Memiliki dorongan agar bisa selalu mengontrol anak
Toxic parents ini tidak akan memberikan anak ruang pribadi untuk mengambil keputusannya sendiri. Orang tua dengan pola asuh ini merasa apa yang mereka anjurkan kepada anaknya selalu benar. Itulah sebabnya semua hal yang berkaitan tentang anak akan dikendalikan langsung oleh mereka, bahkan bisa sampai buah hatinya telah beranjak dewasa.
3. Melakukan penyiksaan fisik ataupun verbal pada anak
Tidak ada orang tua yang berhak melakukan kekerasan kepada anaknya sendiri, tetapi hal ini banyak terjadi dilakukan oleh para toxic parents ini kekerasan fisik, seperti pukulan, tamparan, cubitan, atau bahkan kekerasan verbal, contohnya panggilan yang tidak baik dan hinaan, ini bisa juga menjadi makanan sehari-hari pada anak dengan toxic parents
4. Merasa bersaing pada anak
Ini harusnya orang tua berperan untuk mendukung dan menyemangati buah hatinya. Namun Para toxic parents ini tidak memperlakukan hal sewajarnya, melainkan membuat anak menjadi down, dan merasa tidak senang saat anak bahagia.
Namun hal ini terasa sulit dilakukan, jangan malu untuk konsultasi dengan psikolog. Justru ini adalah tindakan yang bijak dan baik, bukan hanya untuk anakmu, tetapi juga untuk diri Anda sendiri.